DAPATKAN! Buku Pitutur Luhur (Rp.5.000) dan CD MP3 Pitutur Luhur oleh Ustadz Parsono Agus Waluyo ( Karangpandan, Solo - Indonesia

Sunday, 23 September 2012

JOKOWI DI MATA NU

JOKOWI DI MATA NU





Di tengah pasangan Foke-Nara terus mendapatkan dukungan dari partai islam, duet Jokowi-Ahok mendapatkan angin segar. Terkait dengan isu Sara (suku, agama, ras dan antar golongan) yang dihembuskan kepada pasangan pemenang pilkada DKI Jakarta putara pertama itu, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) Said Aqil Siroj menegaskan, sama sekali tidak ada masalah latar belakang keagamaan seorang pemimpin. Saya mengetahui ini setelah membaca berita di JPNN.com (12/08/2012).


Said Aqil mengatakan "Keadilan bersama nonmuslim itu lebih baik daripada ketidakadilan bersama muslim," tandas Said di Kantor PB NU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, kemarin (11/8). Dia menegaskan bahwa itu bukan sekadar keyakinannya, namun juga salah satu kaidah fikih.


Ibnu Taimiyah dalam kitab Siyasah Syar'iyah menegaskan, kalau orang yang adil meski nonmuslim jadi pemimpin, orang Islam pasti akan pula mendapat keadilan. Sebaliknya, jika ada pemimpin beragama Islam yang zalim, orang Islam sekalipun akan dizalimi.


"Tidak banyak kiai atau tokoh yang berani ngomong ini. Tapi, kalau saya berani," tegas Said. Berdasar kaidah tersebut, lanjut Said, pasangan Jokowi-Ahok tidak bermasalah di mata NU. "Silakan saja menang, bagi NU tidak ada masalah," tandasnya.


Wah saya sangat apresiasi pernyataan dari Said Aqil Siroj ini, karena jarang sekali seorang kiai berkata seperti itu. Hidup di dalam sistem demokrasi memang harus menghormati adanya perbedaan karena dengan begitu pemerintahan bisa dijalankan dengan baik. Lagipula Indonesia bukanlah negara muslim jadi kita harus menghormati penduduk lain yang non muslim juga. Untuk bapak Said, saya acungkan dua jempol buat bapak.

HUBUNGAN JOKOWI DG NU.

HUBUNGAN JOKOWI DG NU.

 

KOORDINATOR Nahdlatul Ulama untuk wilayah Negara Bagian Timur Tengah Habib Mohsin Al Habsy terang-terangan mendukung Ir H Joko Widodo (Jokowi) sebagai Gubernur DKI Jakarta pada putaran kedua Pilkada DKI Jakarta. "Saya dukung Jokowi dan mendoakan agar terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta," ujar Habib Mohsin Al Habsy.

Plt Ketua Korwil PDI Perjuangan Arab Saudi Sharief Rachm

at mengatakan, Habib Mohsin Al Habsy adalah tokoh yang disegani di Arab Saudi dan berpengaruh di kalangan Nahdlatul Ulama di Timur Tengah. Hubungannya dengan tokoh-tokoh agama di Indonesia pun tak diragukan lagi.

"Sebagai Tim Kampanye Jokowi-Basuki, kami PDI Perjuangan Korwil Arab Saudi menilai hal ini sebagai sesuatu kebanggaan mendapat dukungan tokoh agama yang juga petinggi Nahdlatul Ulama," ujar Sharief Rachmat, dalam rilisnya yang dikirimkan ke Infokom PDI Perjuangan Jawa Timur, kemarin.

Menurut dia, pihak korwil sudah menghubungi Habib Mohsin Al Habsy dan menyampaikan rasa terima kasih atas dukungan yang diberikan kepada Jokowi. "Kami percaya dengan adanya dukungan Habib, insya-Allah akan mengakar dan sangat membantu sekali untuk menyuarakan hingga Jakarta, utamanya kepada sesama Nahdliyyin," katanya.

Sharief menambahkan, fakta di lapangan, banyak anggota GP Anshor dan Gusdurian baik yang di Indonesia maupun luar mendukung penuh pasangan Jokowi - Basuki menjadi Gubernur DKI Jakarta. Mereka, tambahnya. tidak terpengaruh dengan hasutan permainan pihak-pihak tertentu dengan isu SARA.

Korwil, imbuhnya, telah menghubungi pengurus PDI Perjuangan di Jakarta. Di antaranya, "Pak Andreas dan Pak Irvansyah Asmat anggota Komisi VII DPR RI. Kami minta bantuan agar baju kotak-kotak dapat sampai ke Arab Saudi. Hal ini pun akan dibicarakan pula dengan rekan-rekan Tim Kampanye Jokowi-Basuki di pusat, mereka akan usahakan," ungkapnya.

Menurut Sharief, banyak yang menanti baju kotak-kotak tersebut. Tapi karena sikonnya, pihaknya tidak bisa menyediakan banyak.

"Kami yakin dengan ridho Allah SWT dan dukungan masyarakat yang terus mengalir, pasangan Jokowi-Basuki insya Allah akan menang dalam Pilkada DKI di putaran kedua," sambung Sharief. http://mp3pituturluhur.blogspot.com/

HATI HATI DLM MEMAHAMI DALIL QUR'AN HADIST




Belum lama ini di Indonesia digemparkan dengan adanya suatu dakwah yang berisi fitnah dan sara oleh salah seorang yang mengklaim dirinya sebagai mubaligh.

Menariknya, dalam hal fitnah ataupun me
mainkan sara, pengaku mubaligh tersebut mengklaim sangat benar karena mencantumkan ayat Alquran dan Hadits. Lantas, apakah di dalam Islam, apabila sudah mengopi-paste ayat ataupun hadits itu pernyataannya benar-benar shoheh? Atau setidaknya tidak ada kekeliruan di dalamnya?

Ayat Alquran tidak ada yang salah di dalamnya. Sehingga membaca ataupun mengutip ayat Alquran tentunya tidak salah. Hanya saja, ketika akan menggunakan ayat Alquran untuk membenarkan suatu hal, sudah suatu yang niscaya untuk menggunakan pikirannya secara jernih.

Pikiran ini digunakan di dalam menilai masalah yang ada sekaligus dalam memahami ayat Alquran. Karena bila tidak, maka ayat Alquran yang benar bisa menjadi alat untuk membenarkan suatu perkara yang sebenarnya salah.

Bila demikian, bukan mengutip ayatnya yang salah, tetapi kekeliruan dalam memahami ayat dan konteksnya.

Perumpamaan Kasus

Pergi ke masjid, misalnya. Ke masjid tidaklah keliru, tetapi bila kehadirannya ke masjid justru meninggalkan kewajibannya, semisal ada suami yang seharusnya mencari nafkah untuk keluarganya namun waktunya justru dihabiskan untuk ke masjid, maka kedatangannya ke masjid menjadi tidak benar.

Karena, melaksanakan tugas sebagai suami hukumnya wajib, tuntutannya lebih tinggi dari datang ke masjid.

Misal yang lain, melaksanakan umroh saat masih ada tetangganya yang miskin. Miskin dalam perpekstif Islam; tidak terpenuhinya salah satu atau semuanya dari kebutuhan sandang, pangan, papan, pendidikan.

Melaksanakan umroh memang baik, sunah. Tetapi bila masih ada tetangganya yang hidup dalam kondisi miskin, bila menjalankan umrohnya menggunakan biaya yang bisa dialokasikan untuk tetangganya maka keberangkatan umrohnya menjadi tidak dibenarkan.

Meskipun orang yang umroh tersebut sudah menunaikan kewajiban pribadinya seperti zakat. Karena, walaupun fardhu ‘ain sudah ditunaikan, tetapi masih ada kewajiban kolektif (fardhu kifayah). Mengingat, dengan ditunaikannya fardhu ‘ain namun masih ada tetangganya yang terjerat kemiskinan.

Apabila kondisi tetangga atau masyarakatnya masih ada yang seperti itu (miskin) tetapi tetap melaksanakan umroh, hukum berangkat umrohnya bukan lagi sunah, namun menjadi haram. Sehingga, ibadah umrohnya bukan hanya tidak diterima, melainkan juga melakukan perbuatan haram memiliki konsekwensi berdosa.

Dengan demikian, apabila kondisinya seperti kedua perumpamaan di atas, berangkat ke masjid dan beribadah umroh, berpijak dengan dalil naqli sebagai pembenaran menjadi tidak tepat. Melalui kedua perumpamaan tersebut, bukan dalilnya yang salah tetapi dalam hal memahami konteks yang ada.

Perlunya memikirkan ayat dan konteks, ditegaskan di dalam firman Allah SWT (QS. Muhammad [4]:82):

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?”

Teks (Sumber Hukum) dan Konteks

Meski ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan untuk difahami oleh semua orang sehingga bisa dijadikan hujjah, tetapi di dalamnya juga terkandung ayat-ayat khusus yang hanya dapat difahami oleh nabi dan orang yang benar-benar memiliki kwalitas keilmuan yang unggul, dimana banyak orang awam tidak mengerti dengan ayat tersebut tanpa bantuan mereka.

Oleh karena itu, sebagai kehati-hatian, sebelum mengutip ayat Alquran, seyogyanya benar-benar memperhatikan baik ayat ataupun konteksnya. Memahami ayat, diantaranya mengetahui mana ayat-ayat umum (’aam) dan khusus (khaash), mana ayat yang mutlak (mutlaq) dan tak mutlak (muqayyad), mana ayat yang menghapus (naasikh) dan ayat yang dihapus(mansukh).

Mengingat Alquran menggunakan bahasa Arab, dan melihat terkadang ada penerjemahan yang keliru atau setidaknya kurang pas dari Arab ke Indonesia, sehingga seorang pengutip ayat untuk mendalami kategori ayat seperti di atas, juga dituntut untuk menguasai ilmu Sharaf dan Nahwu, Ma’ani, Bayan, Bahasa Arab, dan lainnya yang berkaitan dengan konteks dari dikeluarkannya dalil.

Agar terjaga dari ego pembenaran atas pemahaman pribadi, seorang pengutip juga musti aktif memahami pandangan para mufasir, hal ini agar terjadi dialog pemahaman di dalam alam pikir si pengutip ayat. Sehingga mengurai benang kusut dalam mengeluarkan dalil pada konteks semakin terjauh dari isrof (berlebih-lebihan) dan kekeliruan.

Di tegaskan juga dalam hadits Rasulullah Saw saat haji Wada di Ghadir Khum, yang tertuang di kitabAl-Ihtijaj jilid I, karya Ahmad bin Ali Thabrasi:

“Wahai umatku, telitilah dan berfikirlah dalam membaca Al-Qur’an. Fahamilah ayat-ayat-Nya. Pandanglah ayat-ayat Qur’an yang jelas (muhkamat) dan jangan kalian mencari yang tak jelas (mutasyabihat).”

Dengan demikian, seorang mufasir ataupun seorang mubaligh, dalam mengutip dan mencocokkan ayat dengan konteks saat dikeluarkannya dalil tidak boleh serampangan. Mubaligh musti hati-hati, tidak boleh ceroboh. Mubaligh harus benar-benar memperhitungkan secara teliti dan mempelajarinya secara utuh. Baik dalam hal memahami kaidah penafsiran ataupun dalam memahami konteks saat dalil dikeluarkan. Karena bila tidak, maka mubaligh yang demikian tempatnya adalah neraka. Ini sebagaimana dikatakan oleh Rasulullah Saw, tertuang di kitabMafatihul Ghaib jilid 7, hal. 148, karya Fahruddin Razi yang diterbitkan oleh Dar Ihya’ Turats Arabi, Beirut.

“Barang siapa menafsirkan Qur’an dengan pendapat pribadinya, maka tempatnya ada di neraka.”http://mp3pituturluhur.blogspot.com/

Saturday, 15 September 2012

PEMBRONTAKAN PKS DI SOLO RAYA


PEMBRONTAKAN PKS DI SOLO RAYA
PADA medio Desember 1941 polisi pamong praja Mangkunegaraan menerima laporan intelijen tentang bangkitnya kembali PKS (Pakempalan Kawula Surakarta). Polisi menemukan bukti bahwa PKS sedang mempersiapkan pemberontakan setelah mereka menemukan ratusan bambu runcing di salah satu kantor ranting PKS di Sragen dekat Solo. Pengakuan beberapa anggota yang terungkap dalam interogasi polisi, menjadi bukti awal yang cukup bagi kepolisian untuk melakukan penangkapan.
Menurut Marieke Bloembergen, penulis buku Polisi Zaman Hindia Belanda, Kepolisian Solo menangkap 28 anggota PKS pada Januari 1942 atas tuduhan merencanakan pemberontakan. “Mereka berencana membunuh semua warga Eropa di Solo seketika Jepang masuk ke dalam kota,” tulis Marieke yang bekerja sebagai mitra peneliti senior di Lembaga Kajian Asia Tenggara dan Karibia (Royal Netherlands Institute of Southeast Asia and Caribbean Studies/KITLV) Leiden, Belanda.
Saat itu Jepang mengobarkan Perang Pasifik dengan terlebih dulu menyerang pangkalan militer Amerika Serikat di Pearl Harbour. Jepang mulai melebarkan ekspansi militer ke berbagai belahan negara di Asia, termasuk Indonesia. Jepang baru masuk Indonesia pada Maret 1942 dan secara mudah membuat Belanda bertekuk lutut tanpa perlawanan.
Pada 2 Maret 1942, inspektur kepala (hoofdinspecteur) polisi B.H. Moltzer, berangkat dari kantornya di Solo untuk mengawal pengiriman 28 tahanan ke penjara Sukamiskin, Bandung. Dia turun tangan karena kurang yakin dua agen polisi dan dua reserse dapat mengawal tahanan aman sampai tujuan. Dengan bersenjata pistol dinas dan senapan berburu laras ganda, Moltzer membawa empat orang anggota pengurus PKS dengan mobilnya sementara itu sebuah bus jemputan sekolah membawa para tahanan lainnya.
“Pada Kamis, 5 Maret 1942, Batavia diserahkan kepada kekuasaan tentara Jepang, Moltzer menyerahkan semua tahanannya ke penjara Sukamiskin,” tulis Marieke.
Untuk apa PKS didirikan?
Menurut Wasino dalam Kapitalisme Bumi Putera: Perubahan Masyarakat Mangkunegaran, ide pendirian PKS berasal dari Mr Singgih dalam sebuah rapat organisasi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) cabang Surakarta pada 5 Mei 1932. Dalam rapat tersebut dia mengusulkan untuk membentuk komite PKS dengan tujuan memperluas perngaruh PBI di kalangan rakyat kecil sehingga organisasi ini dapat menjadi partai rakyat yang sebenarnya.
Pakempalan Kawula Surakarta didirikan akhir 1931 untuk melawan pengaruh Mangkunegaran. Selanjutnya, “PKS bermaksud menebalkan kerukunan massa rakyat Solo dari segala lapisan untuk diajak bekerja sama guna memperoleh perbaikan derajat penghidupan,” tulis AG Pringgodigdo dalam Ensiklopedi Umum.
Tidak lama kemudian sebuah panitia dibentuk oleh anggota PBI dan Mr Singgih bertindak sebagai ketua. Di bawah kepemipinan pemuka Budi Utomo itu, PKS mendapat sambutan yang besar di pedesaan sehingga bermunculan cabang-cabangnya di wilayah Surakarta. Pada Desember 1932, PKS telah tersebar sedemikian luasnya sehingga panitia PKS diubah menjadi pengurus pusat dan pada 1933 kegiatannya makin meluas.
Marieke menambahkan, laporan Jaksa Agung mencatat bahwa pada 1935 keanggotaan PKS mencapai sekitar 22.000 orang. Menurut PKS sendiri, pada waktu itu cabang mereka berjumlah 240, dan hanya 11 yang di wilayah perkotaan, sisanya di pedesaan.
Setelah sukses di wilayah Kasunanan, PKS melebarkan sayapnya ke wilayah Mangkunegaran. Propaganda PKS dipusatkan pada masalah pajak, kerja paksa, dan keluhan lainnya. Banyak penduduk di pedesaan Mangkunegaran yang menjadi pengurus dan anggota PKS. Penduduk banyak yang datang berduyun-duyun dengan berjalan kaki dari tempat yang jauh untuk mendengarkan pidato Mr Singgih. Penduduk menyebut Mr Singgih sebagai Gusti atau Gusti Kanjeng, sebutan yang hanya pantas untuk Raja. Bahkan konon Mr Singgih dianggap oleh penduduk desa sebagai Ratu Adil.
Istana Mangkunegaran menanggapi perkembangan PKS dengan gelisah dan kemarahan. Untuk membendung laju perkembangan PKS di wilayahnya, penguasa Mangkunegaran membentuk organisasi tandingan dengan nama Pakempalan Kawula Mangkunegaran (PKM) pada Juli 1933. Organisasi ini dibentuk dengan tujuan untuk memajukan kemakmuran Praja Mangkunegaran maupun kesejahteraan dan rasa setia kawan di kalangan penduduknya. Organisasi itu dipromosikan secara terbuka oleh Sri Mangkunegara VII sendiri, dengan cara menghadiri perayaan-perayaan.
Menurut Wasino, konflik antara Kasunanan dan Mangkunegaran yang melibatkan massa pedesaan merupakan akibat dari konflik yang terpendam antara pihak Keraton Kasunanan dan Istana Mangkunegaran. “PKS diidentikan dengan pendukung Kasunanan dan PKM sebagai tandingan PKS identik dengan pendukung Istana Mangkunegaran,” tulis guru besar Ilmu Sejarah di Universitas Negeri Semarang itu.
Edy S. Wirabhumi dalam disertasinya di Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Diponegoro, Pemberdayaan Hukum Otonomi Daerah dan Potensi Wilayah: Studi Tentang Kemungkinan Terbentuknya Provinsi Surakarta,menjelaskan bahwa pasca proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, keraton-keraton di seluruh Indonesia tidak lagi menjadi kerajaan yang otonom, tetapi di bawah kekuasaan Republik Indonesia. Kesultanan Yogyakarta dan Pakualaman memperoleh status Daerah Istimewa, kemudian menjadi Daerah Istimewa Yogyakarta. Menteri Dalam Negeri dr. Sudarsono berencana membentuk Daerah Istimewa Surakarta, namun gagal karena ditentang oleh kelompok intelektual, pemuda dan pelajar yang dipimpin oleh kerabat keraton sendiri KPH Mr Sumodiningrat. Mereka melancarkan “gerakan anti Swapraja” atau gerakan anti kerajaan.
“Mereka menganggap Daerah Istimewa Surakarta akan membangkitkan kembali sistem feodalisme yang bertentangan dengan nilai-nilai demokratis di alam kemerdekaan. Ketika itu timbul pula peristiwa penculikan beberapa pembesar Kantor Kepatihan Keraton Surakarta,” tulis Edy.
Gerakan anti kerajaan sudah dimulai oleh Kolonial Belanda, setidaknya sudah dimulai pada abad ke-19 dengan menghapuskan kerajaan-kerajaan dalam usahanya untuk konsolidasi politik. “...Gerakan pemuda untuk meruntuhkan kerajaan, mendapat tantangan dari Pakasa (Pakempalan Kawula Surakarta atau PKS-Red) yang mendukung keberadaan keraton,” tulis sejarawan Kuntowijoyo dalam buku Pengantar Ilmu Sejarah.
Arus revolusi tak dapat dibendung. Pada 1 Juni 1946 Surakarta di bawah Pemerintahan Rakyat dan Tentara Daerah Surakarta, yang beranggotakan wakil-wakil dari partai politik dan sejumlah intelektual. Dan, sejak 15 Juli Surakarta menjadi Karesidenan, dengan Residen Iskak Tjokroadisuryo dan wakilnya Sudiro. Keduanya diculik oleh sebuah kelompok politik pada 9 November 1946. Tetapi pemerintahan tetap berjalan di bawah Badan Eksekutif yang anggotanya berasal dari wakil partai-partai politik. Kemudian, berdasarkan UU No. 16/1947 bentuk daerah Surakarta menjadi Balaikota (Harminte).
Pada 20 Desember 1948, Belanda mendarat di Surakarta. Selama pendudukan, Belanda membentuk Pemerintahan Swapraja. Terjadilah dualisme pemerintahan: Pemerintahan Balaikota dan Pemerintahan Swapraja. Munculnya Pemerintahan Swapraja memperkuat gerakan anti Swapraja, dan pada gilirannya juga memperkuat anti Daerah Istimewa Surakarta.
Setelah Belanda hengkang dari Surakarta pada akhir 1949, pemerintah Republik Indonesia melakukan penataan pemerintahan. Melalui surat keputusan Menteri Dalam Negeri No. F.X.3/1/13/1950 tanggal 3 Maret 1950, pemerintahan Kasunanan dan Mengkunegaran dibekukan, dan hanya terbatas pada pemerintahan di dalam keraton saja. Dengan terbitnya surat keputusan Menteri Dalam Negeri tersebut, telah memantapkan keberadaan Karesidenan Surakarta, yang meliputi Kota Surakarta, Kabupaten Sukoharjo, Boyolali, Wonogiri, Klaten, Karanganyar, dan Sragen. Upaya PKS mempertahankan Kasunanan sebagai wilayah berdiri sendiri sia-sia belaka.  Mereka tak kuasa melawan arus revolusi yang mengalir sebegitu dahsyatnya.

Friday, 14 September 2012

WABUP PARYONO RABI.


WABUP PARYONO RABI.
Wajah sumringah terlihat di raut wajah Wakil Bupati ( Wabup ) Karanganyar Paryono. SH yang akan melangsungkan resepsi pernikahan pada hari Kamis (30/8/2012) ini penantian panjang sudah berlalu betapa tidak hari -  hari yang biasanya terasa melelahkan dengan seabrek pekerjaan disamping harus menjaga dan mendidik  3 buah hatinya tanpa seorang istri disampingnya, sekarang sudah ada pendamping disisinya , maka sudah pas banget kalau hari ini wajah sumringah orang nomer satu di PDIP Karanganyar kelihatan banget.
Ria Ayu Rahayu ya… nama gadis cantik  yang menjadi tambatan hatinya kini sudah resmi disuntingnya , Ria begitulah sapaan akrabnya adalah alumni FISIP UNS  dan tinggal di RT 001/RW 009, Pucangan, Kartasura Sukoharjo.
Dalam pengakuannya Paryono pada Soloraya Online, mengatakan pertama baru kenal dia sudah merasakan ada getaran asmara kalau hatinya sudah mantab dan pas banget sama Ria yang merupakan anak tunggal dari Singgih Wiyono dan Siti Pamuji Rahayu , maka tidak mau  berlama lama lagi hubungan yang sudah terjalin selama 1,5 tahun, Paryono dan Ria sepakat menikah,” Doakan aja ya mas, semoga Gusti Allah memberi momongan lagi, ” ujarnya penuh harap.

MWC NU KARANGPANDAN GELAR TABLIG AKBAR.


MWC NU KARANGPANDAN GELAR TABLIG AKBAR.
Nahdlatul Ulama (NU) Karanganyar telah menggelar tabliq akbar nusantara dalam rangka halalbihalal, jum'at 14 septmbr 2012 di terminal karangpandan  Kecamatan Karangpandan
.
Kegiatan tersebut  diikuti sekitar 5.000 jamaah.
“Dalam kegiatan itu akan diisi oleh KH Abdul karim ahmad alhafidz dari jamuro solo dan  dihadiri langsung Wakil Bupati Karanganyar paryono ,” ujar Panitia Tabliq Akbar Parsono Agus Waluyo kepada kontributor adi wicaksono, Sabtu (15 / 09/2012 ).

Tuesday, 11 September 2012

SEBELUM EROPA DATANG DI AMERIKA ISLAM SUDAH ADA DI SANA


SEBELUM EROPA DATANG DI AMERIKA ISLAM SUDAH ADA DI SANA


Berbagai literatur, membuktikan bahwa Islam telah masuk ke Benua Amerika lima abad sebelum Christopher Colombus menemukannya. Ia adalah seorang penjelajah dan pedagang asal Genoa, Italia.

Christopher Colombus menyeberangi Samudera Atlantik dan sampai ke benua Amerika pada tanggal 12 Oktober 1492. Perjalanan tersebut didanai oleh Ratu Isabella dari Castilian Spanyol. Setelah ratu tersebut berhasil menaklukkan Andalusia. 

Ia percaya bahwa Bumi berbentuk bola kecil, dan beranggap sebuah kapal dapat sampai ke Timur Jauh melalui jalur barat.
Christoforo Colombo (lidah Barat menyebutnya “Christophorus Colombus”) merupakan anggota Knights of Christ, organisasi payung bagi pelarian Templar yang diburu para penguasa Eropa yang dipimpin Paus Clement IV dan Raja Perancis, King Felipe V, sejak tanggal 13 Oktober 1307.

Semasa mudanya, Colombus menjadi orang kepercayaan dari penguasa Italia, Rene d’Anjou yang merupakan Grandmaster Biarawan Sion. Biarawan Sion sendiri merupakan “Bapak” dari organisasi Knights Templar. Mereka inilah cikal-bakal gerakan Zionisme sekarang ini. 

Di dalam buku saya, “Knights Templar Knights of Christ” (2006), asal-muasal Colombus dipaparkan dengan lengkap.
Colombus menjejakkan kakinya di Amerika di akhir abad ke-15 Masehi. Lima abad sebelum Colombus tiba, para pelaut Muslim dari Granada dan Afrika Barat sudah menjejakkan kaki di daratan-benua yang masih perawan dan hanya ditinggali oleh suku-suku asli yang tersebar di beberapa bagiannya.

Imigran Muslim pertama di daratan ini tiba sekira tahun 900 Masehi sampai setengah abad kemudian pada masa kekuasaan Dinasti Umayyah. Salah satunya bernama Khasykhasy Ibn Said Ibnu Aswad dari Cordova. Orang-orang Islam inilah yang mendakwahkan Islam pada suku-suku asli Amerika. Sejumlah suku Indian Amerika pun telah memeluk Islam saat itu antara lain suku Iroquois dan Alqonquin.

Lalu, setelah jatuhnya Granada tahun 1492, yang kemudian disusul oleh gerakan Inkuisisi yang dilakukan Gereja terhadap orang-orang Islam dan Yahudi di Spanyol, maka imigran kedua tiba di Amerika sekira pertengahan abad ke-16 Masehi. Tahun 1539, Raja Spanyol, Carlos V, melarang bagi Muslim Spanyol hijrah ke Amerika.

Menurut prasasti berbahasa Arab yang ditemukan di Mississipi Valey dan Arizona, dikatakan jika orang-orang Islam yang datang ke daratan ini juga membawa gajah dari Afrika.Colombus sendiri datang ke Amerika lima abad kemudian. Dalam ekspedisi pertamanya, Colombus dibantu dua nakhoda Muslim bersaudara bernama Martin Alonzo Pizon yang memimpin kapal Pinta dan Vicente Yanez Pizon yang ada di kapal Nina. Kedua bersaudara ini masih kerabat dari Sultan Maroko dari Dinasti Marinid, Abuzayan Muhammad III (1362-1366).

Catatan harian Colombus menyatakan jika pada hari Senin, 21 Oktober 1492, ketika berlayar di dekat Gibara di tenggara pantai Kuba, mereka mengaku telah melihat sebuah masjid dengan menaranya yang tinggi yang berdiri di atas puncak bukit yang indah.

Doktor Barry Fell dari Oxford University juga menemukan jika berabad sebelum Colombu tiba di Amerika, sekolah-sekolah Islam sudah tersebar di banyak wilayah. Antara lain di Valley of Fire, Allan Springs, Logomarsino, Keyhole, Canyon, Washoe, Mesa Verde di Colorado, Hickison Summit Pass di Nevada, Mimbres Valley di Mexico, dan Tipper Canoe-Indiana.

Di berbagai kota besar Amerika Serikat. Di tengah kota Los Angeles, terdapat daerah bernama Alhambra, juga nama Teluk El-Morro dan Alamitos. Juga nama-nama seperi Andalusia, Aladdin, Alla, Albani, Alameda, Almansor, Almar, Amber, Azure, dan La Habra. Semuanya nama Islam.

Di tengah Amerika, dari selatan hingga Illinois, terdapat nama-nama kota kecil seperti Albany, Atalla, Andalusia, Tullahoma, dan Lebanon. Di negara bagian Washington juga ada nama daerah Salem. Di Karibia yang juga berasal dari kata Arab, terdapat nama Jamaika dan Kuba, yang berasal dari bahasa Arab “Quba”. Ibukota Kuba, Havana juga berasal dari bahasa Arab “La Habana”.Seorang sejarawan bernama Dr. Yousef Mroueh menghitung, di Amerika Utara ada sekurangnya 565 nama Islam pada nama kota, sungai, gunung, danau, dan desa. Di Amerika Serikat sendiri ada 484 dan di Canada ada 81.

Dua kota suci umat Islam, Mekkah dan Madinah, nama keduanya juga telah ditorehkan para pionir Muslim di tanah Amerika jauh sebelum Colombus lahir. Nama Mecca ada di Indiana, lalu Medina ada di Idaho, New York, North Dakota, Ohio, Tenesse, Texas, Ontario-Canada. Bahkan di Illinois ada kota kecil bernama Mahomet yang berasal dari nama Muhammad.

Suku-suku asli Amerika ternyata juga banyak yang berasal dari nama Arab, antara lain Suku Apache, Anasazi, Arawak, Cherokee, Arikana, Chavin Cree, Makkah, Hohokam, Hupa, Hopi, Mohigan, Mohawk, Nazca, Zulu dan Zuni.

Bahkan kepala suku Indian Cherokee yang terkenal, Se-quo-yah yang menciptakan silabel huruf Indian yang disebut Cherokee Syllabari pada 1821 ternyata seorang Muslim dan senantiasa mengenakan sorban, bukan ikat kepala dari bulu burung seperti yang ada di film-film wild-west ala Hollywood.

Beberapa kepala suku Indian yang juga selalu mengenakan sorban di antaranya Sioux, Chippewa, Yuchi, Iowa, Sauk, Creek, Kansas, Miami, Potawatomi, Fox, Seminole, dan Winnebago. Foto-foto para kepala suku Indian tersebut yang bersorban saat ini masih disimpan di berbagai museum dan arsip nasional Amerika, antara lain yang ada di Philadelphia. 

Foto-foto itu berasal dari tahun 1835 dan 1870.

Namun, dalam berbagai literatur, tidak pernah ditulis satu katapun nama Khasykhasy Ibn Said Ibnu Aswad, padahal beliau dan para sahabatnya jauh lebih dahulu ke Benua Amerika sebelum Christopher Colombus. Sungguh, sebuah sejarah yang penuh dengan manipulas.(konspirasi)

SEJARAH MAKAM BAQI' MADINAH

SEJARAH MAKAM BAQI' MADINAH





Rabu 8 Syawal 1345 Hijriah bertepatan dengan 21 April 1925 mausoleum (kuburan besar yang amat indah) di Jannatul al-Baqi di Madinah diratakan dengan tanah atas perintah Raja Ibnu Saud. Di tahun yang sama pula Raja Ibnu Saud yang Wahabi itu menghancurkan makam orang-orang yang disayangi Rasulullah SAW (ibunda, istri, kakek dan keluarganya) di Jannat al-Mualla (Mekah). 

Penghancuran situs bersejarah dan mulia itu oleh Keluarga al-Saud yang Wahabi itu terus berlanjut hingga sekarang. Menurut beberapa ulama apa yang terjadi di tanah Arabia itu adalah bentuk nyata konspirasi Yahudi melawan Islam, di bawah kedok Tauhid. Sebenarnya, tujuan utamanya adalah secara sistematis ingin menghapus pusaka dan warisan Islam yang masih tersisa agar Kaum Muslim terputus dari sejarah Islam. 

Asal Muasal al-Baqi 

Secara harfiah “al-Baqi” berarti Taman Pepohonan. Dikenal juga sebagai “Jannat al-Baqi” karena “keramatnya” sejak keluarga dan sahabat Rasulullah dimakamkan di tempat ini. 

Sahabat pertama yang dimakamkan di al-Baqi adalah Usman bin Madhoon yang wafat 3 Syaban tahun 3 Hijriah. Rasulullah memerintahkan menanam pepohonan di sekitar pusaranya. Rasul juga meletakkan dua buah batu di antara makam sahabatnya itu. 

Tahun berikutnya putra Rasulullah Ibrahim wafat saat masih bayi. Dengan derai air mata Rasulullah memakamkan putranya tercinta itu di al-Baqi. Sejak itulah penduduk Madina ikut juga memakamkan sanak saudaranya di al-Baqi. Apalagi setelah mendengar sabda Rasulullah,” Salam sejahtera untukmu wahai orang yang beriman, Jika Allah berkenan, kami akan menyusulmu. Ya Allah, ampunilah ahli kubur al-Baqi’. 

Tanah pemakaman al-Baqi perlahan pun diperluas. Tak kurang dari 7000 sahabat Rasulullah dikuburkan di sini. Termasuk juga ahlul baytnya yaitu Imam Hasan bin Ali, Imam Ali bin Husayn, Imam Muhammad al-Baqir, dan Imam Ja’far al-Sadiq. 

Selain itu, saudara Rasulullah yang dimakamkan di al-Baqi adalah Bibi Safiyah dan Aatikah. Di al-Baqi dimakamkan pula Fatimah binti al-Asad (Ibunda Imam Ali bin Abi Thalib). 

Khalifah Usman dimakamkan di luar al-Baqi namun belakangan karena perluasan makam maka ia termasuk di al-Baqi. Imam Mazhab Sunni yang terkenal, Malik bin Anas, juga dimakamkan di al-Baqi. Tak pelak al-Baqi adalah tempat amat bersejarah bagi Kaum Muslimin di seluruh jagat raya. 

Al-Baqi dalam Perspektif Ahli Sejarah 

Umar bin Jubair melukiskan al-Baqi saat ia berkunjung ke Madinah berkata, “al-Baqi terletak di timur Madinah. Gerbang al-Baqi akan menyambut anda saat tiba di al-Baqi. Saat anda masuk kuburan pertama yang anda lihat di sebelah kiri adalah kuburan Safiyah, bibi Rasulullah. Agak jauh dari situ terletak pusara Malik bin Anas, Salah seorang Imam Ahlus Sunnah dari Madinah. Di atas makamnya didirikan sebuah kubah kecil. Di depannya ada kubah putih tempat makam putra Rasulullah Ibrahim. Di sebelah kanannya adalah makam Abdurahman bin Umar putra Umar bin Khatab, dikenal sebagai Abu Shahma. Abu Shahma dihukum cambuk oleh ayahnya karena minum khamar. Hukuman cambuk untuk peminum khamar seharusnya tidak hingga mati. Namun Umar mencambuknya hingga ajal merenggutnya. Di hadapan kuburan Abu Shahma adalah makam Aqeel bin Abi Thalib dan Abdulah bin Ja’far al-Tayyar. Di muka kuburan mereka terbaring pusara isteri Rasul dan Abbas bin Abdul Mutalib. 

Makam Imam Hasan bin Ali, terletak di sisi kanan dari gerbang al-Baqi. Makam ini dilindungi kubah tinggi. Di sebelah atas nisan Imam Hasan adalah makam Abbas bin Abdul Muthalib. Kedua makam diselimuti kubah tinggi. Dindingnya dilapisi bingkai kuning bertahtakan bintang indah. Bentuk serupa juga menghias makam Ibrahim putra Rasulullah. Di belakang makam Abbas berdiri rumah yang biasa digunakan Fatimah binti Rasulullah AS. Biasa disebut “Bayt al-Ahzaan” (Rumah Duka Cita). Di tempat ini putri Rasulullah biasa berkabung mengenang kepergian ayahnya tercinta Rasulullah SAWW. Di ujung penghabisan al-Baqi berdiri kubah kecil tempat Usman di makamkan. Di dekatnya terbaring ibunda Ali bin Abi Thalib Fatimah binti Asad.” 

Satu setengah abad kemudian pengelana terkenal Ibnu Batutah mengunjungi al-Baqi dan menemukan al Baqi tidaklah berbeda dengan yang dilukiskan Ibnu Jubair. Ia menambahkan, “Al-Baqi adalah kuburan sejumlah kaum Muhajirin dan Anshar dan sahabat Nabi lainnya. Kebanyakan mereka tidaklah dikenal.” 

Berabad-abad lamanya al-Baqi tetap keramat dengan berbagai perbaikan bangunan yang diperlukan. Semuanya berakhir diabad 19 kala Kaum Wahabi muncul. Mereka menajiskan pusara mulia dan menunjukkan sikap kurang ajar pada para syahid dan para sahabat Nabi yang dimakamkan di sana. Muslim yang tidak sependapat dicap sebagai kafir dan dikejar-kejar untuk dibunuh. 

Penghancuran Pertama al-Baqi 

Kaum Wahabi percaya menziarahi makam dan pusara Nabi, Imam dan para syuhada adalah pemujaan terhadap berhala dan pekerjaan yang tidak Islami. Mereka yang melakukanya pantas dibunuh dan harta bendanya dirampas. Sejak invasi pertama ke Irak hingga kini, faktanya, Kaum Wahabi, dan penguasa Negara teluk lainnya membantai Kaum Muslim yang tidak sepaham dengan mereka. Tak pelak lagi seluruh dunia Islam sangat menghormati pemakaman al-Baqi. Khalifah Abu Bakar dan Umar bahkan menyatakan keinginannya untuk dimakamkan di dekat makam Rasulullah. 

Sejak 1205 Hijriah hingga 1217 Hijriah Kaum Wahabi mencoba menguasai Semenanjung Arabia namun gagal. Akhirnya 1217 Hijriah mereka berhasil menguasai Thaif dengan menumpahkan darah muslim yang tak berdosa. Mereka memasuki Mekah tahun 1218 Hijriah dan menghancurkan semua bangunan dan kubah suci, termasuk kubah yang menaungi sumur Zamzam. 

Tahun 1221, Kaum Wahabi masuk kota Madinah dan menajiskan al-Baqi dan semua mesjid yang mereka lewati. Kaum Wahabi bahkan mencoba menghancurkan pusara Rasulullah, namun entah dengan alasan apa usaha gila itu dihentikan. Di tahun-tahun berikutnya jemaah haji asal Irak, Suriah dan Mesir ditolak untuk masuk kota Mekah untuk berhaji. Raja al-Saud memaksa setiap muslim yang ingin berhaji harus menjadi Wahabi atau jika tidak akan dicap sebagai kafir dan dilarang masuk kota Mekah. 

Al-Baqi pun diratakan dengan tanah tanpa menyisakan apapun, termasuk nisan atau pusara. Belum puas dengan tindakan barbarnya Kaum Wahabi memerintahkan tiga orang kulit hitam yang sedang berziarah ke pusara Nabi untuk menunjukkan tempat persembunyian harta benda. Raja Ibnu Saud merampas harta benda itu untuk dirinya sendiri. 

Ribuan Muslim melarikan diri dari Mekah dan Madinah. Mereka menghindari kejaran Kaum Wahabi. Muslim di seluruh dunia mengutuk tindakan Saudi dan mendesak khalifah kerajaan Otoman menyelamatkan situs-situs bersejarah dari kehancuran. Dibawah pimpinan Muhammad Ali Basha mereka menyerang Hijaz, dengan bantuan suku-suku setempat, akhirnya mereka menang, lalu ia mengatur hukum dan pemerintahan di Hijaz, khususnya Mekah dan Madinah. Sekaligus mengusir keluarga al-Saud. Muslim di seluruh dunia bergembira. Di Mesir perayaan berlanjut hingga 5 hari! Tak diragukan lagi kegembiraan karena mereka bisa pergi haji dan pusara mulia pun diperbaiki lagi. 

Tahun 1818 Masehi Khalifah Ottoman Abdul Majid dan penggantinya Abdul Hamid dan Mohammad, merekonstruksi semua tempat suci, memperbaiki semua warisan Islam yang penting. Dari 1848 hingga 1860, biaya perbaikan telah mencapai 700 ribu Poundsterling. Sebagian besar dana diperoleh dari uang yang terkumpul di makam Rasulullah. 

Tindakan Barbar Kedua Kaum Wahabi 

Kerajaan Ottoman telah mempercantik Madinah dan Mekah dengan memperbaiki semua bangunan keagamaan dengan arsitektur bercita rasa seni tinggi. Richard Burton, yang berkunjung ke makam Rasulullah tahun 1853 dengan menyamar sebagai muslim asal Afghanistan dengan nama Abdullah mengatakan Madinah dipenuhi 55 mesjid dan kuburan suci. Orang Inggris lain yang datang ke Madinah tahun 1877-1878 melukiskan keindahan yang setara dengan Istambul. Ia menulis tentang dinding putih, menara berhias emas dan rumput yang hijau. 

Tahun 1924 Wahabi masuk ke Hijaz untuk kedua kalinya Untuk kedua kalinya pula pembantaian dan perampasan dilakukan. Orang-orang di jalan dibantai. Tak terkecuali perempuan dan anak-anak jadi korban. Rumah-rumah diratakan dengan tanah. 

Awn bin Hashim menulis: lembah-lembah dipenuhi kerangka manusia, darah kering berceceran di mana-mana. Sulit untuk menemukan pohon yang tidak ada satu atau dua mayat tergeletak di dekat akarnya. 

Madinah akhirnya menyerah setelah digempur habis Kaum Wahabi. Semua warisan Islam dimusnahkan. Hanya pusara Nabi SAW yang tersisa. 

Ibnu Jabhan (Ulama Wahabi) memberikan alasan mengapa ia merasa harus meratakan makam Nabi SAW, “Kami tahu nisan di makam Rasulullah bertentangan dengan akidah dan mendirikan mesjid di pemakamannya adalah dosa besar.” 

Pusara Sang Syahid Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi) beserta syahid perang Uhud lainnya dihancurkan. Masjid Nabi dilempari. Setelah protes dari Kaum Muslim sedunia Ibnu saud berjanji akan memperbaiki bangunan bersejarah tersebut. Namun janji itu tidak pernah ditepati. Ibnu Saud juga berjanji Hijaz akan dikelola pemerintahan multinasional, khsusnya menyangkut Madinah dan Mekah. Namun janji itu tinggalah janji. 

Tahun 1925 giliran Janat al-Mulla pemakaman di Mekah dihancurkan. Ikut juga dihancurkan rumah tempat Rasulullah dilahirkan. Sejak itulah hari duka untuk semua muslim di jagat raya. 

Tidakkah mengherankan Kaum Wahabi menghancurkan makam, pusara mulia dan semua tempat-tempat bersejarah bagi dunia Islam (semuanya diam tak bergerak), sementara itu raja-raja Saudi dijaga dengan ketat mengabiskan jutaan dolar? 

Hujan Protes 

Tahun 1926 protes massal Kaum Muslim bergerak di seluruh dunia. Resolusi diluncurkan dan daftar kejahatan Wahabi dibuat. Isinya antara lain: 

1. Penghancuran dan penodaan tempat suci, di antaranya rumah kelahiran Nabi, pusara Bani Hasyim di Mekah dan Jannat al-Baqi (Madinah), penolakan Wahabi pada muslim yang melafalkan al-Fatihah di makam-makam suci tersebut. 
2. Penghancuran tempat ibadah di antaranya Masjid Hamzah, Masjid Abu Rasheed, dan pusara para Imam dan sahabat. 
3. Campurtangan pelaksanaan ibadah haji. 
4. Memaksa muslim mengikuti inovasi Wahabi dan menghapus aturan atas keyakinan yang diajarkan para Imam mazhab. 
5. Pembantaian para sayid di Thaif, Madina, Ahsa dan Qatif. 
6. Meratakan kuburan para Imam di al-Baqi yang sangat di hormati kaum Syiah. 

Protes yang sama bermunculan di Iran, Irak, Mesir, Indonesia dan Turki. Mereka mengutuk tindakan barbar Saudi Wahabi. Beberapa ulama menulis traktat dan buku untuk mengabarkan dunia fakta-fakta yang terjadi di Hijaz adalah konspirasi karya Yahudi melawan Islam dengan berkedok Tauhid. Tujuan utamanya adalah menghapus secara sistematis akar sejarah Kaum Muslim sehingga nantinya Kaum Muslim kehilangan asal-usul keagamaannya. 

Tindakan barbar Kaum Wahabi boleh jadi menginspirasi peristiwa bersejarah lainnya. Sejarah perang dunia kedua mengingatkan kita akan kekejaman Nazi Jerman. Orang-orang Yahudi melarikan diri setelah dikejar-kejar untruk dibunuh Nazi. Kekejaman Hitler diperingati dunia (khususnya Jerman dan sekutunya). Kini Nazi dilarang dan orang yang mengusung simbol-simbolnya bisa dihukum dan diusir dari Jerman. Hitler dan Nazi Jerman membantai jutaan Yahudi (versi Ahmadinejad tidak mungkin sebanyak itu). Hitler tidak merusak bangunan karya Yahudi. Hitler tidak merusak kuburan. Bandingkan dengan tindakan Kaum Wahabi yang tidak saja membunuh dan mengusir orang hidup tapi juga orang-orang yang sudah wafat juga ikut “dibunuh!!!” 

Berikut ini daftar makam dan tempat yang juga dihancurkan Kaum Wahabi: 

1. Pemakaman al-Mualla di Mekah termasuk pusara isteri tercinta Nabi, Sayidah Khadijah binti Khuwailid, makam Ibunda Rasul Siti Aminah binti Wahhab, makam pamananda Rasul Abu Thalib (Ayahanda Ali bin Abu Thalib) dan makam kakek Nabi Abdul Muthalib 
2. Makam Siti Hawa di Jedah 
3. Makam ayahanda Rasul Abdullah bin Abdul Muthalib di Madinah 
4. Rumah Duka (Baytl al-Ahzan) Sayidah Fatimah di Madinah 
5. Masjid Salman al-Farisi di Madinah 
6. Masjid Raj’at ash-Shams di Madinah 
7. Rumah Nabi di Madinah setelah hijrah dari Mekah 
8. Rumah Imam Ja’far al-Shadiq di Madinah 
9. Komplek (mahhalla) bani Hasyim di Madinah 
10. Rumah Imam Ali bin Abi Thalib tempat Imam Hasan dan Imam Husein dilahirkan 
11. Makam Hamzah dan para syuhada Uhud di gunung Uhud 

Diterjemahkan dari HISTORY OF THE CEMETERY OF JANNAT AL-BAQI

SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA ( 2 )


SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA ( 2 )
Setidaknya, ada enam pendapat tentang masuknya Islam ke Indonesia.
Pertama, Islam yang masuk dan berkembang di Indonesia berasal dari Jazirah Arab atau bahkan dari Makkah pada abad ke-7 M, pada abad pertama Hijriah. Pendapat ini adalah pendapat Hamka, salah seorang tokoh yang pernah dimiliki Muhammadiyah dan mantan ketua MUI periode 1977-1981. Hamka yang sebenarnya bernama Haji Abdul Malik bin Abdil Karim mendasarkan pendapatnya ini pada fakta bahwa mazhab yang berkembang di Indonesia adalah mazhab Syafi’i.
Menurutnya, mazhab Syafi’i berkembang sekaligus dianut oleh penduduk di sekitar Makkah. Selain itu, yang tidak boleh diabaikan adalah fakta menarik lainnya bahwa orang-orang Arab sudah berlayar mencapai Cina pada abad ke-7 M dalam rangka berdagang. Hamka percaya, dalam perjalanan inilah, mereka singgah di kepulauan Nusantara saat itu.
Kedua, Islam dibawa dan disebarkan di Indonesia oleh orang-orang Cina. Mereka bermazhab Hanafi. Pendapat ini disimpulkan oleh salah seorang pegawai Belanda pada masa pemerintahan kolonial Belanda dulu.
Sebelum Indonesia merdeka, orang-orang Belanda pernah menguasai hampir seluas Indonesia sekarang sebelum ditaklukkan oleh tentara Jepang pada 1942. Tepatnya pada 1928, Poortman memulai penelitiannya terhadap naskah Babad Tanah Jawi dan Serat Kanda.
Tidak berhenti di situ, ia melanjutkan penelitiannya terhadap naskah-naskah kuno Cina yang tersimpan di klenteng-klenteng Cina di Cirebon dan Semarang. Ia pun sempat mencari naskah-naskah kuno di sebuah klenteng di Batavia, Jakarta dulu.
Hasil penelitiannya itu disimpan dengan keterangan Uitsluiten voor Dienstgebruik ten Kantore, yang berarti “Sangat Rahasia Hanya Boleh Digunakan di Kantor”. Sekarang disimpan di Gedung Arsip Negara Belanda di Den Haap, Belanda.
Pada 1962, terbit buku Pongkinangolngolan Sinambela Gelar Tuanku Rao yang ditulis Mangaradja Onggang Parlindungan. Dalam buku ini dilampirkan juga naskah-naskah kuno Cina yang pernah diteliti oleh Poortman.
Ketiga, Islam yang masuk ke Indonesia berasal dari Gujarat pada abad ke-12 M. Islam dibawa dan disebarkan oleh pedagang-pedagang Gujarat yang singgah di kepulauan Nusantara. Mereka menempuh jalur perdagangan yang sudah terbentuk antara India dan Nusantara.
Pendapat ketiga ini adalah pemdapat Snouck Hurgronje, seorang penasehat di bidang bahasa-bahasa Timur dan hukum Islam untuk pemerintah kolonial Belanda. Ia mengambil pendapat ini dari Pijnapel, seorang pakar dari Universitas Leiden, Belanda, yang sering meneliti artefak-artefak peninggalan Islam di Indonesia.
Pendapat Pijnapel ini juga dibenarkan oleh J.P. Moquette yang pernah meneliti bentuk nisan kuburan-kuburan raja-raja Pasai, kuburan Sultan Malik Ash-Shalih. Nisan kuburan Maulana Malik Ibrahim di Gresik, Jawa Timur, juga ditelitinya. Dan ternyata sangat mirip dengan bentuk nisan-nisan kuburan yang ada di Cambay, Gujarat.
Rupanya, pendapat Moquette yang memperkuat pendapat Pijnapel dan Hurgronje disanggah oleh S.Q. Fatimi. Pendapat Fatimi adalah nisan-nisan kuburan yang ada di Aceh dan Gresik justru lebih mirip dengan bentuk nisan-nisan kuburan yang ada di Benggala, sekitar Bangladesh sekarang.
Lebih jauh lagi, Fatimi percaya, pengaruh-pengaruh Islam di Benggala itu banyak ditemui dalam Islam yang berkembang di Nusantara dulu. Oleh karena itu, Islam yang ada di Indonesia ini sebenarnya berasal dari Bangladesh. Pendapat ini adalah pendapat keempat.
Pendapat Moquette juga disanggah oleh G.E. Marrison. Marrison malah yakin, bahwa Islam yang datang ke Indonesia berasal dari Pantai Coromandel, India Selatan. Alasannya, pada abad ke-13 M, Gujarat masih menjadi sebuah kerajaan Himdu, sedang di Pantai Coromandel Islam telah berkembang. Marrison juga berpendapat, para pembawa dan penyebar Islam yang pertama ke Indonesia adalah para Sufi India.
Mereka menyebarkan Islam di Indonesia dengan pendekatan tasawwuf pada akhir abad ke-13 M. Waktu itu, masih terhitung belum lama dari peristiwa penyerbuan Baghdad oleh orang-orang Mongol.
Penyerbuan yang dimaksud memaksa banyak Sufi keluar dari zawiyah-zawiyah mereka dan melakukan pengembaraan ke luar wilayah Bani Abbasiyah, seperti ke ujung Persia atau bahkan ke India.
Sebelum Marrison mengemukakan pendapatnya, T.W. Arnold telah meyakini bahwa Islam di Indonesia juga dibawa atau berasal dari Pantai Coromandel dan Malabar, India. Karena itu, banyak yang beranggapan bahwa Marrison memperkuat pendapat Arnold itu.
Setelah kelima pendapat itu, Hoesein Djajaningrat mengemukakan pendapat keenam tentang masuknya Islam di Indonesia. Djajaningrat dikenal sebagai orang Indonesia pertama yang mempertahankan disertasi di Universitas Leiden, Belanda, pada 1913. Disertasinya itu berjudulCritische Beschouwing van de Sadjarah Banten (Pandangan Kritis mengenai Sejarah Banten).
Menurutnya, Islam yang masuk ke Indonesia berasal dari Persia. Djajaningrat beralasan, peringatan 10 Muharram atau hari Asyura sebagai hari kematian Husein bin Ali bin Abi Thalib yang ada di Indonesia berasal dari perayaan kaum Syiah di Persia. Peringatan 10 Muharram itu lebih dikenal sebagai perayaan Hari Karbala.
Djajaningrat juga yakin dengan pendapat ini, karena keberadaan pengaruh bahasa Persia di beberapa tempat di Indonesia. Selain itu, keberadaan Syeikh Siti Jenar dan Hamzah Fansuri dalam sejarah Indonesia menandakan adanya pengaruh ajaran wihdatul wujud Al-Hallaj, seorang Sufi ekstrim yang berasal dari Persia.
Dapat terlihat bahwa perbedaan pendapat itu terjadi karena dasar-dasar berpikir yang dipakai dalam membangun pendapat. Pijnapel, Hurgronje, Marrison, Moquette, Fatimi lebih mempercayai bukti-bukti kongret yang masih bisa diyakini secara pasti, bukan perkiraan.
Karena itu, pendapat-pendapat mereka lebih logis, meskipun bisa menuntut mereka untuk percaya bahwa Islam pertama kali berkembang di Indonesia pada sekitar abad ke-13 M, lebih belakangan ketimbang agama Hindu dan Buddha.
Berbeda dari pendapat Residen Poortman. Meski berdasarkan catatan-catatan Cina yang tersimpan bertahun-tahun, masih ada kemungkinan salah tafsir atas pernyataan-pernyataan tertulis yang ada di di dalamnya. Dan juga: masih besar kemungkinan adanya manipulasi data tanpa sepengetahuan para pembaca.
Pendapat Hamka bahkan lebih mudah lagi untuk terjerumus ke dalam bentuk syak yang belum tentu bisa dibuktikan kebenarannya. Pendapatnya berdasarkan perkiraan-perkiraan pribadi. Pendapatnya tidak ditunjang oleh data sejarah yang kongkret. Sangat kecil kemungkinan pendapatnya untuk benar.
Demikian pula, kiranya, dengan pendapat Djajaningrat. Bisa jadi persamaan-persamaan yang dikemukakan dalam pendapatnya itu hanya kebetulan-kebetulan yang mirip pada objek.
Akan tetapi, hampir setiap pendapat itu memiliki konsekuensi. Jika seseorang memercayainya suatu pendapat dari pendapat-pendapat itu, maka, bagaimana pun, ia mesti menerima konsekuensi-konsekuensi yang ada.
Seperti jika percaya pendapat bahwa Islam dibawa masuk dari Persia, sedikit banyaknya, akan membuat kita berpikir, para penyebar Islam pertama kali di Nusantara adalah orang-orang Syiah.
Dan karena itu, Syiah adalah bentuk akidah pertama yang diterima di Indonesia. Baru setelah itu Islam Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang berkembang.
Apabila kita memercayai Islam yang masuk di Indonesia berasal dari Jazirah Arab pada abad ke-7 M, berarti orang-orang di Nusantara telah mengenal dakwah Islam sejak masa para sahabat masih hidup.
Artinya, ketika para tabi’in ramai-ramai menuntut ilmu agama pada para sahabat Nabi, segelintir orang di Nusantara juga telah mengenal Islam yang sama pada waktu itu. Hanya jarak yang memisahkan mereka.
Demikian pula, jika kita menerima pendapat bahwa Islam berasal dari Pantai Coromandel, India Selatan. Jika pendapat ini yang kita terima, maka bisa dipastikan para pemeluk pemula Islam di Indonesia adalah orang-orang yang berakidah dengan akidah Sufi atau setidaknya mengenal Islam lewat kacamata tasawwuf.