Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pegurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj mengingatkan para pemudik dapat bersikap bijak saat berada ke kampung halaman. Kebudayaan di kota urban belum tentu sesuai dengan norma kehidupan di pedesaan.
“Akhlak harus tetap dijaga,” imbau Kang Said saat melepas sekurangnya 1.500 peserta ‘Mudik Bareng NU 1433 H’ dari DKI Jakarta dan sekitarnya, Ahad (12/8), di halaman Gedung PBNU, Jakarta Pusat.
Terdapat 29 bus mengantar pulang para pemudik ke berbagai daerah di sepanjang Pulau Jawa, seperti Banyuwangi, Situbondo, Surabaya, Bojonegoro, Jombang, Mediun, Solo, Yogyakarta, Tegal, dan lain-lain.
Masa yang cukup lama sebagai perantau, lanjutnya, tak lantas membolehkan seseorang menerapkan begitu saja gaya hidup yang ada di kota. Sebaliknya, masyarakat seyogianya cerdas mengambil hikmah dari perbandingan antara kehidupan kota dan kehidupan desa.
Menurut Kiai asal Cirebon ini, mudik adalah ajang silaturahmi, menyambung ikatan persaudaraan bersama orang-orang di kampung halaman. “Mudik harus diniati silaturahim, menyambung persaudaraan, bukan pamer jaket, pamer kemeja, pamer HP, atau lainnya,” tegasnya.
Kang Said dalam kesempatan itu tampak sangat gembira dapat meringankan beban para pemudik. Program mudik gratis ini adalah kali kedua yang diselenggarakan PBNU melalui PP LTMNU bersama Bank Mandiri. Jika tahun lalu PBNU memberangkatkan 22 bus, maka kali ini 29 bus.
Monday, 13 August 2012
Kang Said: Jaga Akhlak di Kampung Halaman
19:58
1 comment
Subscribe to:
Post Comments (Atom)









BIOGRAFI PENULIS KITAB TAQRIB,,,,,,,,,
ReplyDeleteAbu Syuja’ Ahmad bin Husain bin Ahmad Al-Ashfihani (pengarang kitab Taqrib)
Beliau lahir pada tahun 433 H jauh sebelum eranya Imam Nawawi maupun Rofi’i bahkan sebelum imam Ghozali.
Beliau mendapat karunia umur panjang hingga 160 tahun, namun demikian tak satu anggota badanpun yang mengalami gangguan. Ketika beliau ditanyai karunia yang demikian beliau menjawab: “Aku selalu berusaha menjaga anggota badanku sejak kecil tidak pernah aku gunakan dalam kemaksiatan. Karenanya Alloh menjaganya pada saat aku memasuki usia senja.”
Pada tahun 447 menjabat sebagai qodhi di kota Ashfihan. Dengan jabatanya beliau menebarkan keadilan dan kebenaran ke seluruh pelosok negeri hingga dikenal luas. Kesibukan dan tugasnya sebagai Qodhi tidak melupakan semangat taqorrub dan ibadahnya pada Alloh SWT.
Setiap hari sebelum keluar dari rumah beliau melakukan sholat dan membaca Alqur’an.
Begitupun dalam melaksanakan tugas dengan teguh berpegang pada kebenaran tanpa hawatir akan celaan dan cercaan orang, tiada mengenal kompromi ketika harus menegakkan kebenaran sekalipun itu harus dibayar dengan mahal dan taruhan jabatan.
Keteguhan hati beliau dalam membela kebenaran didukung oleh kelapangan sisi ekonomi. Tentang kekayaan beliau ini ada riwayat yang menyebutkan bahwa beliau memiliki sepuluh orang karyawan yang husus mendapat tugas untuk membagikan zakat dan shodaqohnya pada para mustahiqqin, dimana masing-masing membagikan seribu dua puluh lima dinar.
Orang-orang sholeh dan para cendikia mendapat prioritas s4hingga mereka merasakan betul kemurahan Abi syuja’.
Kekayaannya yang demikian tidak menjadikanya lalai dan hanyut dalam kenikmatan. Kebeningan hatinya selalu mengusik untuk terus berpikir apa makna dari kehidupan dunia yang fana ini? Sampai ahirnya beliau memilih untuk hidup dalam kezuhudan yang jauh dari gemerlap dan indahnya dunia.
Ashfihan yang telah banyak memberikan warna baginya beliau tinggalkan dan mengembara menuju kota madinah Almunawwaroh. Di sana beliau mengabdikan hidupnya untuk melayani kebutuhan makam sang idolanya, Rosululloh SAW. Menyapu masjid, membersihkan dinding makam menyalakan lampu dan sebagainya.
Semua dijalani dengan penuh rasa puas dan bangga, sehingga pada suatu ketika orang-orang Ashfihan yang telah mengenalnya berziarah dan menyaksikan beliau di sana terperanjat dan menyapa: “wahai qodhi Abi Syuja!” beliau menjawab dengan tersenyum: “ ketahuilah saya bukan lagi Qodhi saya hanyalah seorang tukang sapu makam Rosululloh SAW”
Rutinitas sebagai penjaga dan tukang sapu makam beliau lakukan hingga ahir hayat beliau. Layaklah kiranya kalau kemudian salah satu karya beliau menjadi demikian luas dan manfaat hingga hampir-hampir menjadi kitab wajib bagi semua yang ingin mendalami ilmu agama. Nafa’ana Allohu bihi wabi’ulumih amin
Sumber-sumber: Tausyeh ‘ala ibn Qosim:3,usaha keluarga,th….
Bujairomi ala syrh Khothib I/11-12,mushthof